TUGAS
1
PERKEMBANGAN
STRATEGI DAN PERENCANAAN EKONOMI INDONESIA
1. Macam –
macam Strategi Pembangunan Ekonomi
Salah
satu konsep penting yang perlu diperhatikan dalam mempelajari perekonomian
suatu negara adalah mengetahui tentang strategi pembangunan ekonomi. Strategi
pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas faktor
– faktor (variabel) yang akan dijadikan faktor / variabel utama yang menjadi
penentu jalannya proses pertumbuhan (Surono, 1993). Babarapa strategi
pembangunan ekonomi yang dapat disampaikan adalah :
Strategi
Pertumbuhan
Di
dalam pemikiran ini pertumbuhan ekonomi menjadi kriteria utama bagi
pengukuran keberhasilan pembangunan. Selanjutnya dianggap bahwa dengan
pertumbuhan ekonomi buah pembangunan akan dinikmati pula oleh si miskin melalui
proses merambat ke bawah (trickle down effect) atau melalui
tindakan koreksi pemerintah mendistribusikan hasil pembangunan. Bahkan tersirat
pendapat bahwa ketimpangan atau ketidakmerataan adalah merupakan semacam
prasyarat atau kondisi yang harus terjadi guna memungkinkan terciptanya
pertumbuhan, yaitu melalui proses akumulasi modal oleh lapisan kaya. Strategi
ini disebut strategi pertumbuhan.
Inti
dari konsep strategi ini adalah :
·
Strategi pembangunan ekonomi suatu Negara akan terpusat
pada upaya pembentukan modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang,
menyebar, terarah, dan memusatkan, sehingga dapat menimbulkan sfek pertumbuhan
ekonomi.
·
Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan
dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat ke bawah
(trickle-down-effect), pendistribusian kembali.
·
Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan,
hal tersebut merupakan persyaratan terciptanya pertumbuhan ekonomi.
·
Kritik paling keras dari strategi yang pertama
ini adalah bahwa pada kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin
tajam.
Strategi
Pembangunan dengan Pemerataan
Keadaan
sosial antara si kaya dan si miskin mendorong para ilmuwan untuk mencari
alternatif. Alternatif baru yang muncul adalah strategi pembangunan pemerataan.
Strategi ini dikemukakan oleh Ilma Aldeman dan Morris.
Yang menonjol pada pertumbuhan pemerataan ini adalah ditekannya peningkatan
pembangunan melalui tekniksocial
engineering, seperti melalui penyusunan rencana induk, paket
program terpadu. Dengan kata lain, pembangunan masih diselenggarakan atas dasar
persepsi, instrumen yang ditentukan dari dan oleh mereka yang berada “diatas”
(Ismid Hadad, 1980). Namun ternyata model pertumbuhan pemerataan ini juga belum
mampu memecahkan masalah pokok yang dihadapi negara-negara sedang berkembang
seperti pengangguran masal, kemiskinan struktural dan kepincangan social. Inti dari strategi ini adalah, dengan
ditekankannya peningkatan pembangunan melalui teknik social engineering,
seperti halnya melalui penyusunan perencanaan induk, dan paket program terpadu.
Strategi
Ketergantungan
Teori
ketergantungan muncul dari pertemuan ahli-ahli ekonomi Amerika Latin pada tahun
1965 di Mexico City. Menjelaskan dasar-dasar kemiskinan yang diderita oleh
negara-negara sedang berkembang, khususnya negara-negra Amerika Latin. Yang
menarik dari teori ketergantungan adalah munculnya istilah dualisme
utara-selatan, desa-kota, corepriphery yang pada dirinya
mencerminkan adanya pemikiran pembangunan yang berwawasan ruang.
Pada
tahun 1965 muncul strategi pembangunan dengan nama strategi ketergantungan.
Konsep ini timbul dikarenakan tidak sempurnanya strategi pertumbuhan dan
strategi pembangunan dengan pemerataan.
Inti
dari konsep strategi ketergantungan adalah :
·
Kemiskinan di negara–negara berkembang lebih
disebabkan karena adanya ketergantungan negara tersebut dari pihak/negara
lainnya. Oleh karena itu jika suatu negara ingin terbebas dari kemiskinan dan
keterbelakangan ekonomi, negara tersebut harus mengarahkan upaya pembangunan ekonominya
pada usaha melepaskan diri dari ketergantungandari pihak lain. Langkah yang
dapat ditempuh diantaranya adalah meningkatkan produksi nasional yang disertai
dengan peningkatan kemampuan dalam bidang produksi, lebih mencintai produk
nasional.
·
Teori ketergantungan ini kemudian dikritik oleh
Kothari dengan mengatakan “. . . . .teori ketergantungan tersebut memang cukup
relevan, namun sayangnya telah menjadi semacam dalih terhadap kenyataan dari
kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri (selfdevelopment). Sebab
selalu akan gampang sekali bagi kita untuk menumpahkan semua kesalahan pada
pihak luar yang memeras, sementara pemerasan yang terjadi di dalam lingkungan
masyarakat kita sendiri dibiarkan saja . . . . . “ ( Kothari dalam Ismid Hadad,
1980 ).
Strategi
yang Berwawasan Ruang
Strategi
ini dikemukakan oleh Myrdall dan Hirschman, yang mengemukakan sebab-sebab
kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah yang lebih kaya/maju.
Menurut mereka kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah maju
dikarenakan kemampuan/pengaruh menyebar dari kaya ke miskin (spread effects)
lebih kecil dari pada terjadinya aliran sumber daya dari daerah miskin ke
daerah kaya (back-wash-effects). Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut
adalah, bahwa Myrdall tidak percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin
akan tercapai. Sedangkan Hirschman percaya, sekalipun baru akan tercapai dalam
jangka panjang.
Strategi
Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasaran
strategi ini adalah menaggulangi kemiskinan secara masal. Strategi ini
selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun
1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat
dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada
pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan
lapangan kerja, peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, dan sejenisnya.
2. Faktor
yang Mempengaruhi Strategi Pembangunan
Perkembangan
Ekonomi suatu negara dapat dilihat dari perubahan-perubahan di dalam stabilitas
atau keseimbangannyan kapasitas perekonomian dalam jangka waktu yang lama. Ada
beberapa karakteristik perkembangan ekonomi modern yang
ditinjau dari interrelasi, yaitu:
·
Tingginya tingkat pengeluaran perkapita dengan meningkatnya
produktifitas tenaga kerja yang cepat
·
Tingginya tingkat penghasilan perkapita yang
dapat mengubah tingginya tingkat konsumsi perkapita
·
Teknologi yang maju guna merubah structural
skala produk dan karakteristik unit usaha ekonomi yang dicapai.
Ekonomi
Pembangunan adalah
salah salu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari tentang pembangunan
perekonomian masyarakat di negara berkembang atau Suatu cabang ilmu
ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara
sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut supaya negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan
lebih cepat lagi.
Pembagunan
ekonomi adalah
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkatkan
atau Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan ekonomi dan
taraf hidup masyarakatnya atau Suatu proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita penduduk meningkatkan dalam jangka panjang. Meningkatnya
pendapatan perkapita merupakan cerminan dari timbulnya perbaikan dalam
kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Tujuan
pembangunan ekonomi adalah
menciptakan pertumbuhan GNP. Pertumbuhan GNP ditunjukkan dengan meningkatnya
mutu pendidikan, menambahnya penghasilan pertanian, kurangnya angka kemiskinan,
dan bertambahnya modal Negara.
3. Strategi
Pembangunan Ekonomi Indonesia yang Diarahkan pada Repelita
Sebelum
orde baru strategi pembangunan di Indonesia secara teori telah diarahkan pada
usaha pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pada kenyataannya
nampak adanya kecendrungan lebih menitik beratkan pada tujuan-tujuan politik
dan kurang memperhatikan pembangunan ekonomi.
Sedangkan
pada awal orde baru, strategi pembangunan di Indonesia lebih diarahkan pada
tindakan pembersihan dan perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar, terutama
usaha untuk menekan laju inflasi yang sangat tinggi (hyper inflasi).
Dari
keterangan pemerintah yang ada, dapat sedikit disimpulkan bahwa strategi
pembangunan di Indonesia tidak mengenal perbedaan strategi yang ekstrem.
Sebagai contoh selain strategi pemerataan pembangunan, Indonesia tidak
mengesampingkan strategi pertumbuhan dan strategi yang berwawasan ruang
(terbukti dengan dibaginya wilayah Indonesia dengan berbagai wilayah
pembangunan I, II, III dan seterusnya). Periode ini kemudian disusul dengan
periode Repelita dan dalam setiap Repelita, khususnya sejak Repelita II,
strategi pembangunan ekonomi yang diberlakukan di Indonesia adalah strategi
yang mengacu pada pertumbuhan yang sekaligus berorientasi pada keadilan (pemerataan),
menghapus kemiskinan, dan juga keadilan (pemerataan) antar daerah. Pembagian
wilayah pembangunan ini tidak didasarkan pada pembagian secara adminstratif
politis yang ada.
TUGAS
2
1.
PENGERTIAN PENGANGGURAN
Pengangguran atau tuna
karya adalah istilah untuk
orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja
atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada
yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Jenis & Macam Pengangguran
Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan
jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
§ Pengangguran Terselubung (Disguised
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
§ Setengah Menganggur (Under
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
§ Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan penyebab
terjadinya
Berdasarkan
penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
§ Pengangguran friksional (frictional
unemployment)
Pengangguran
friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan
pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
§ Pengangguran konjungtural (cycle
unemployment)
Pengangguran
konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
§ Pengangguran struktural (structural
unemployment)
Pengangguran
struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi
dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
1.
Akibat permintaan
berkurang
2.
Akibat kemajuan dan
pengguanaan teknologi
3.
Akibat kebijakan
pemerintah
§ Pengangguran musiman (seasonal
Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena
adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
§ Pengangguran siklikal
Pengangguran
siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
§ Pengangguran teknologi
Pengangguran
teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
§ Pengangguran siklus
Pengangguran
siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh
kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
Sumber
:
2.
PENGERTIAN INFLASI
Dalam ilmu ekonomi dikenal yang namanya inflasi, dimana inflasi
ialah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinue), berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas dipasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk
juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi suatu barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai
mata uang secara kontinue. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya sebuah tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi
belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi adalah suatu indikator untuk melihat sebuah tingkat
perubahan yang dianggap terjadi apabila proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat
sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat
inflasi, dimana yang umum dan sering digunakan ialah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yakni inflasi
ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila
kenaikan harga berada dibawah angka 10% dalam setahun. Inflasi sedang antara
10% — 30% dalam setahun. berat antara 30% — 100% dalam setahun. dan hiperinflasi
atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada pada tingkat
atas 100% dalam setahun.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga),
pada barang lainnya. Sedangkan kebalikan dari inflasi biasa disebut deflasi.
Dimana terdapat Indikator yang sering digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke
waktu dapat menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang
IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH), Tahun 2007 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan dibeberapa
kota, dipasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa
dimasing-masing kota.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice
antara lain :
1.
Indeks Harga Perdagangan Besar
(IHPB)
Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi
yang terjadi antara si penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang
besar berikutnya dalam jumlah yang besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
2.
Deflator Produk Domestik
Bruto (PDB)
Menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods)
dan jasa yang diproduksi didalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB
dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga
konstan.
DAMPAK INFLASI
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan
(kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan)
produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau
juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan
untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan (demand pull
inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana
biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena
suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan
oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya
likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama
tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral,
sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat
adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi,
walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya
produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan
harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena
terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat
pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa
terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi
(pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku
untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga
memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal
yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu :
kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,
misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan
harga barang-barang.
Sumber:
Selama periode puncak siklus bisnis saat
ekonomi sedang mengalami pertumbuhan pesat dalam GDP riil, lapangan kerja akan
meningkat, dan mengurangi pengangguran, sebagai usaha mencari pekerja untuk
menghasilkan output yang lebih tinggi. If real GDP grows too quickly, however,
it can cause price inflation as firms are forced to bid against one another for
increasingly scarce workers. Jika PDB riil tumbuh terlalu cepat, namun, hal ini
dapat menyebabkan inflasi harga sebagai perusahaan dipaksa untuk penawaran
terhadap satu sama lain untuk pekerja semakin langka. In contrast during trough
periods of the business cycle the economy is experiencing declines in real GDP,
and unemployment rates are high.Sebaliknya selama periode melalui siklus bisnis
ekonomi mengalami penurunan PDB riil, dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Terdapat suatu hubungan terbalik antara
tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin
banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan
faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi
peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan
profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah
proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud
untuk menciptakan pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja
terinstal, akan meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat
melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut
di atas bahwa ketika pemerintah berniat untuk menurunkan menurunkan tingkat
pengangguran yang harus menanggung kenaikan tingkat inflasi dalam perekonomian
nasional.
1. Perbedaan Inflasi dengan
Pengangguran
Jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang
tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah
pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan
mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini
diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen (tertimbang
pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan. Hal ini sering
disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga Konsumen
(HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat harga
umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun.
Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang
menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah
satunya dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi ( economic growth ) dapat diukur dari kenaikan besarnya
pendapatan nasional ( produksi nasional ) pada periode tertentu. Oleh karena
itu, nilai dari pendapatan nasional ( national income ) ini merupakan gambaran
dari aktivitas ekonomi secara nasional pada periode tertentu.
Tingginya tingkat pendapatan nasional dapat mencerminkan besarnya
barang dan jasa yang dapat diproduksi. Besarnya kapasitas produksi tersebut
dapat menunjukkan tingginya tingkat kemakmuran masyarakat dalam suatu negara.
Baik negara yang sedang berkembang maupun negara – negara maju, semua
mengiginkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
1.2 Pokok Masalah
Berdasarkan hasil laporan perekonomian Indonesia yang diterbitkan
bank Indonesia, kemudian disampaikan kepada DPR dan pemerintah pada setiap
tahun sebagai pemenuhan amanat yang ditetapkan dalam UU No.3 tahun 2004. Dalam
evaluasinya tentang perkembangan ekonomi dan keuangan Indonesia, bahwa
pertumbuhan ekonomi dari tahun 2005 hingga tahun 2008 terus mengalami
peningkatan, meskipun belum mencapai puncak kepesatan. Namun pertumbuhan
ekonomi yang berlandaskan GDP (Gross Domestic Product) ini, dapat dinilai cukup
signifikan dan menggembungkan pundi-pundi pendapatan nasional.
1.3 Teori yang Terkait
Dengan meningkatnya pendapatan nasional (national income) maka
kemakmuran rakyat membaik. Sebagaimana tercatat dalam laporan GDP (Gross
Domestic Product) oleh Biro Pusat Statistik (BPS) sedikit membawakan angin
surga di tengah guncangan resesi saat ini. Dalam laporan GDP tersebut,
menunjukkan jumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh warga
masyarakat (termasuk warga negara asing) dalam periode waktu tertentu (biasanya
satu tahun)
Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat
pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas
kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi dan
pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan
diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan
mengembang harga produk tersebut.. Sebuah proses serupa akan diamati di seluruh
perekonomian ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan pekerjaan. Harga
produk atau jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan meningkat sehingga
kenaikan tingkat inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut di atas bahwa ketika
pemerintah berniat untuk menurunkan menurunkan tingkat pengangguran yang harus
menanggung kenaikan tingkat inflasi dalam perekonomian nasional.
yang berbeda antara inflasi
dan pengangguran
jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang
tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah
pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan mengaitkan
jumlah pengangguran, dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini
diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen (tertimbang
pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan. Hal ini
sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga
Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat
harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun.
Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang
menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar